Kamis, 29 Desember 2016

Pengendalian Diri



ETIKA DAN PENGENDALIAN  DIRI
Sukadana, S.Ag.M.Si
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung


  1. PENDAHULUAN
Etika adalah  pengetahuan tentang  tata susila  yang berbentuk  kaidah – kaidah yang berisi  larangan – larangan atau suruhan –suruhan  untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian  dalam etika kita   dapati ajaran tentang  perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.  Perbuatan yang baik itulah supaya dilaksanakan dan perbuatan yang buruk itu patut dihindari.
            Tiap – tiap  perbuatan itu  berdasarkan atas kehendak atau budhi . jadi apa yang diperbuat orang itu bermula dari kehendak . oleh karena manusia dihadapkan  kepada dua pilihan yaitu pilihan pada yang baik dan buruk, maka ia harus mempunyai kehendak  bebas untuk memilih. Tanpa kebebasan itu orang tidak dapat memilih yang baik. Dalam hubungan ini manusia  mempunyai kebebasan yang terbatas juga . yang membatasinya itu adalah norma – norma  yang berlaku.
            Dengan demikian  norma berarti sebuah ukuran yang kemudian dalam hubungannya dengan etika berarti pedoman, ukuran atau  haluan untuk bertingkah laku. Norma ini timbul karena kita berada bersama orang lain dan lingkungan hidup serta alam.


  1. ETIKA DALAM AGAMA HINDU
Tentu saja etika dalam agama hindu adalah norma agama yang dijadikan titik tolak berpikir. Demikian  pula kepercayaan, paham – paham  filsafat agama hindu mempunyai  kedudukan yang amat penting dalam etika hindu.
            Karena agama hindu berpangkal dari kepercayaan kepada Tuhan yang berada dimana – mana, yang mengetahui  segal-galanya. Beliau adalah saksi  agung yang menjadi saksi segala perbuatan  manusia. Karena itu manusia tidak dapat  menyembunyikan segala perbuatan yang baik maupun yang buruk. Disamping keyakinan  bahwa Tuhan mengetahui segala perbuatan orang, umat hindu  amat meyakini  akan adanya hukum karma yang  menyatakan bahwa setiap  perbuatan itu  ada akibatnya.  Bila seseorang berbuat baik  maka ia akan memetik buah yang baik dan bila  seseorang berbuat buruk maka ia akan memetik hasil yang buruk pula.
Dalam  kitab Sarasamuscaya sloka 27  dinyatakan :
            Surupa tam atma gunam ca vistaram,
            Kulnvayam drvya smrddhisancayam,
            Naro hi sarvam labhate yathakrtam,
            Sadasubhenatmakrtena karmana,
 Terjemahannya :
Apa saja orang tabur, itulah ia akan petik  , seperti cantil dan menarik, lahir dalam keluarga tepandang, kaya dan makmur yang melimpah – limpah .

Keyakinan akan adanya Tuhan yang mengetahui segala dan adanya hukum karma , menyusup sampai kelubuk hati umat hindu sehingga  mereka berusaha menghindari perbuatan – perbuatan  jahat dan yang amat tercela. Oleh karena etika agama hindu bertolak dari norma agama maka ia tidak sekedar  etika penampilan luar saja, namun ia menuntun umat hindu untuk berbudi pekerti yang luhur. Persoalan – persoalan yang diajarkanpun juga tentang peruatan yang baik dan buruk, salah  dan benar. Untuk dapat memilih  yang baik dan benar orang mempergunakan  Wiweka , yaitu kemampuan  untuk membedakan , memilih dua hal  yang berbeda  dan kemampuannya itu merupakan  pembawaan sejak lahir.
            Dalam diri manusia  terdapat dua sifat yang disebut dengan Daiwi Sampad dan Asuri  Sampad..
Daiwi Sampad  yaitu kecendrungan  - kecndrungan yang mulia yang menybabkan manusia berbudi luhur yang mengantarkan orang utnuk  mendapatkan kerahayuan.  Sedangkan Asuri Sampad  adalah kecendrungan -  keraksasaan. Kencendrungan ini  adalah kecendrungan yang rendah yang menyebabkan  manusia berbudi rendah  dan menyebabkan manusia jatuh kejurang neraka. Kedua sifat ini  ada pada setiap orang  hanya dalam ukuran yang berbeda – beda . ini berarti bahwa setiap orang  terdapat sifat yang baik dan buruk.
            Sarasamuscaya menyebutkan bahwa :  Hanya manusialah yang  mengenal  perbuatan yang salah dan benar, baik dan buruk. Dan dapat menjadikan yang tidak baik  itu menjadi baik. Itulah  salah satu kemampuan mausia yang diberikan  Tuhan .


  1. PENGENDALIAN DIRI
Agar orang tidak dikuasai oleh kecendrungan – kecendrungan yang negative ia harus mampu mengendalikan diri dari guncangan – gundangan hati yang tidak baik. Guncangan – guncangan itu semula  ada dakam angan-angan dalam bentuk keinginan. Setiap keinginan  menuntut kepuasan  pada obyeknya. Indria  merupakan alat untuk  memnuhi keinginan itu.  Indrialah yang menghubungkan manusia dengan ala mini . sentuhan indria dengan ala mini menimbulkan  guncangan-guncangan pribadi orang.  Bahkan  tidak jarang orang mendapat celaka karena terlalu memenuhi keinginan indrianya. Karena itu orang  harus dapat mengendalikan  indrianya  pada hala-hal yang membawa  kesifat positif. 
Kitab sarasamuscaya sloka 71 menyebutkan demikian. :
            Indriyayeva tat sarvamyat svarga narakavubhau,
Nigrhitanissrstanisvargaya,  narakaya ca

 Nyang pajara waneh, indriya ikang sinanggah swarga  naraka, kramanya, yan  kawasa kahrtanya, ya ika saksat swarga ngaranya, yapwan tan kawasa kahrtanya saksat naraka ika.

Terjemahanya :
            Inilah yang patut saya ajarkan lagi, indriyalah yang dianggap surga dan neraka. Bila orang sanggup  mengendalikannya, itu semata – mata  surga namanya, tetapi bila tidak sanggup mengendalikannya benar – benar  nerkalah ia.

Kitab Upanisad 1.3-9 menyebutkan demikian :
           
            Atmanam rathinam vidhi,
            Sariram ratham eva tu,
            Bhuddhim tu sarathim viddhi,
            Manah pragraham  eva ca.
                        ( Katha Upanisad 1.3)
Terjemahannya:
            Ketahuilah bahwa sang  pribadi adalah tuannya kereta , badan adala kereta. Ketahuilah bahwa kebijaksanaan itu adalah  kusir, dan pikiran  adalah  tali kekangnya

            Indriyani  hayan ahur  visayam tesu  gocaran,
            Atmendriya mano yuktam bhoktety ahur manisinah.
                                                            ( Katha Upanisad 1.4)

Terjemahan :
            Indria, mereka menyebut , adalah kuda, sasaran indriya adalah jalan, sang pribadi dihubungkan dengan badan indriya dan pikiran, ialah yang  menikmati demikian orang – orang pandai  menyebutkannya.

Yas ty avijnavam bhavaty ayuktena manasa sada, tasyendriyany avasyani desttasva iva saratheh.
( Katha Upanisad 1.5)

            Terjemahan :
Dia yang tidak memiliki kesadaran, yang pikirannya tidak terkendali, yang indriyanya tidak dapat diawasi, semua itu adalah laksana kuda banal bagi si kusir.
Yaste wijnanavan bhavati, yuktena manasa sada,
Taendriyani vasyani sadava iva saratheh.
                                    ( Katha Upanisad 1.6)

            Terjemahan  :
Dia yang memiliki  kesadaran , yang  pikirannya selalu  terkendali, yang  indriyany adapat diawasi , semua itu  laksana kuda yang bagus bagi si kusir.
                                   
Yas tvavijnanavan bhavaty amanskas sada sucih na sa
Tat padam apnoti samsaram cadhigacchati.
( Katha Upanisad 1.7)

            Terjemahan  :
Dia yang tidak memiliki  kesadaran, yang tidak  kuasa atas  pikirannya yang tidak suci, ia tidak akan sampai pada tujuan hidupmya, bahkan akan kembali kepada  kesengsaraan.

Yas tu vijnanavam bhavati samanaskas sada sucih sat u tat padam apnti yasmat na jayate
( Katha Upanisad 1.8)
             Terjemahan  :
Dia yang memiliki kesadaran, yang kuasa atas pikirannya yang senantiasa suci bersih, akan mencapai tujuan hidupnya dank arena itu tidak akan dilahirkan ke dunia ini lagi.

Vijnana sarathir yastu manah pragrahavan narah, so dhvanah
Param apniti tad visnoh paramampada.
( Katha Upanisad 1.9)
           
            Terjemahan :
Ia yang memiliki kesadaran akan kusir kereta itu dan mengendalikan tali kekang pikirannya, ia mencapi akhir dari perjalanan itu yaitu alam tertinggi, alamnya ia yang meresapi segala.


Dalam kitab – kitab lain masih banyak ajaran tentang etika yang mengajarakan kepada kita  agar hidup ini didasarkan atas dharma. Ini berarti  kita harus berfikir , berkata, dan berbuat  yang baik  dan benar sehingga kita  mendapat kerahayuan . hanya dengan melaksanakan dharma orang  mendapat kebahagiaan di dunia  dan
khirat.


  1. Penutup
Agar orang  dapat hidup bahaiga , rahayu, jauh dari hal – hal  yang mengantarkan ia  kejurang neraka, maka   agama hindu memberikan pedoman – pedoman   untuk  diteladani dan dilaksanakan  sebagai rambu – rambu didalam menjalankan  bahtera kehidupan ini , pedoman  dimaksud seperti misalnya :
 Mengindari    Sad ripu, Sapta Timira, Dasa Mala  dan  pedoman yang patut dilaksanakan seperti :   Dasa yama Brata Dasa Niyama Brata, Tri Kaya Parisudha , sehingga  kita  tidak terjerumus  kejalan yang bertentangan dengan dharma .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar