AJARAN ETIKA DALAM KITAB SUCI WEDA
Sukadana S.Ag,M.Si
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung
I.
Pendahuluan
a.
Pengertian Weda
Dengan
mendengar perkataan Weda kita selaku umat Hindu rasanya perkataan tersebut
telah merasuk kedalam sanubari kita baik dari kalangan masyarakat yang telah
intelek tingkat pemikirannya, seperti mereka telah betul-betul mengetahui
dengan pasti pengertian atau arti dari kata Weda tersebut. Namun sebenarnya
masih banyak diantara kita belum tau apa sesungguhnya Weda itu. Sangat disayangkan
kalau kita sebagai umat Hindu tidak tau dan tidak mengerti akan arti kitab suci
Weda. Untuk menjawab pertanyaan itu, maka disini akan diuraikan pengertian dari
kata Weda. Pustaka suci Weda adalah merupakan sumber hukum Hindu, segala isinya
diyakini dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai Umat Hindu
adalah menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar lagi dalam kepatuhan dan
ketaatannya untuk menjalankan segala isi Weda itu. Dengan pendek kata dapat
diucapkan bahwa Weda adalah merupakan sumber keseluruhan ajaran agama Hindu,
dan itulah yang disebut Kitab Suci atau Pustaka Suci.
Adapun
kata Weda berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari akar kata “Wid” yang
berarti tahu, dan kata “Weda” berarti pengetahuan. Tapi apa bila kata Weda di
tulis dengan aksara a panjang (a dirga), maka kata Weda berubah artinya yaitu
menjadi suatu kata-kata yang diucapkan dengan aturan-aturan tertentu atau
dilagukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Weda adalah suatu kata-kata
yang penuh arti dan rahasia yang diucapkan dengan dinyanyika dan dilagukan.
Oleh karena itu Weda dapat pula disebut kitab “mantra”. Dan memang orang
bermantera itu sama dengan orang yang sedang berWeda. Apa lagi Weda tersebut
digubah dalam bentuk-bentuk sair (puisi).
Disamping
pengertian Weda yang telah diuraikan diatas, disini perlu juga diuraikan
pengertian dari kata mantera. Salah satu bagian dari ilmu agama adalah
mempelajari mantra, untuk dapat meningkatkan kwalitas hidup kerohanian, setiap
umat Hindu hendaknya dapat menekuni dan mematuhi setiap isi ajaran Weda. Untuk
dapat memenuhi hal itu maka Weda digubah dalam bentuk mantra-mantra, maka
setiap umat Hindu pula diwajibkan untuk mengetahui dan mempelajari mantra.
Dengan catatan setelah mampu menguasai mantra-mantra, janganlah mantra tersebut
disalahgunakan. Yaitu digunakan untuk hal-hal yang kurang terpuji, seperti
misalnya untuk menyakiti seseorang, menipu seseorang, untuk menguna-gunai
seseorang dan lain sebagainya yang sejenis dengan itu pendek kata mantra
tersebut hendaknya dipergunakan untuk kebenara, hal ini dapat menolong dirinya
sendiri maupun orang lain. Berarti orang yang telah menguasai mantra tersebut
telah dapat meningkatkan kwalitas hidup kerohaniannyake tingkat yang lebih
tinggidan nantinya dapat mengantarkan jiwanya ketempat yang penuh dengan
kebaikan dan kegemerlapan yaitu sorga.oleh karena itu tidak ada salahnya setiap
umat Hindu mengetahui ajaran agamanya, mengetahui isi Weda dan mampu bermantra
atau berWeda, ini tidak terbatas pada golongan umat tertentu, hal ini
tergantung dari tingkat kesucian mereka masing-masing bahkan dihadapan Tuhan
manusia itu sama.
Pada
mulanya orang tidak mengetahui bahasa apa yang digunakan dalam Weda. Dengan
mudahnya saja dikatakan bahwa bahasa yang dipakai dalam Weda adalah “Daivivak”
atau Dewata. Tetapi kemudian pada tahun 200 SM barulah diketahui bahasa yang
dipergunakan dalam Weda adalah bahasa sansekerta. Nama bahasa sansekerta ini
pada mulanya diperkenalkan oleh Bhagawan Patanjali yang menyatakan bahwa bahasa
yang dipergunakan dalam Weda adalah bahasa Sansekerta. Kemudian bahasa
sansekerta itu berkambang subur menjadi percakapan sehari-hari, kesusastraan,
ajaran-ajaran agama dan lainnya, ditulis dalam bahasa sansekerta.namun yang
ditulis dalam bahasa sansekerta hanyalah naskah aslinya saja. Naskah asli
tersebut kemudian diterjemahkan kedalam bahasa kawi/bahasa sehari-hari pada
zaman itu. Demikian pula komentar dan penjelasan naskah asli tersebut ditulis
dengan bahasa kawi atau jawa kuno. Misalnya kitab Sarasamuccaya, kitab Sang Hyang
Ajikahamayanikan dan lain-lain. Karena itu untuk kita dapat mengeetahui isi
Weda haruslah kita mempelajari bahasa Sansekerta dan bahasa Kawi itu.
Menurut
beberapa para ahli dalam bidang ilmu tentang Hindu mengatakan Weda itu sudah
ada sejak 1500 SM, ada yang mengatakan Weda itu telah ada 3000 Th SM bahkan ada
yang mengatakan lebih jauh lagi yaitu 6000 SM.tapi yang paling banyak dikatakan
bahwa Weda itu telah ada sejak 3000 SM dan mulai penyusunannya adalah berkisar
sejak 2500 Th SM – 1500 Th SM. Jadi umur Weda sudah sekitar 4000 tahun. Karena
itulah agama Hindu merupakan agama yang tertua didunia.
b.
Pengertian Etika
Etika adalah pengetahuan tentang tata susila
yang berbentuk kaidah – kaidah
yang berisi larangan – larangan atau
suruhan –suruhan untuk berbuat sesuatu.
Dengan demikian dalam etika kita dapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Perbuatan yang baik itulah supaya
dilaksanakan dan perbuatan yang buruk itu patut dihindari.
Tiap –
tiap perbuatan itu berdasarkan atas kehendak atau budhi . jadi
apa yang diperbuat orang itu bermula dari kehendak . oleh karena manusia
dihadapkan kepada dua pilihan yaitu
pilihan pada yang baik dan buruk, maka ia harus mempunyai kehendak bebas untuk memilih. Tanpa kebebasan itu orang
tidak dapat memilih yang baik. Dalam hubungan ini manusia mempunyai kebebasan yang terbatas juga . yang
membatasinya itu adalah norma – norma
yang berlaku. Dengan demikian
norma berarti sebuah ukuran yang kemudian dalam hubungannya dengan etika
berarti pedoman, ukuran atau haluan
untuk bertingkah laku. Norma ini timbul karena kita berada bersama orang lain
dan lingkungan hidup serta alam.
Tentu saja etika dalam agama Hindu
adalah norma agama yang dijadikan titik tolak berpikir. Demikian pula kepercayaan, paham – paham filsafat agama Hindu mempunyai kedudukan yang amat penting dalam etika
Hindu. Karena agama Hindu berpangkal dari kepercayaan kepada Tuhan yang berada
dimana – mana, yang mengetahui
segal-galanya. Beliau adalah saksi
agung yang menjadi saksi segala perbuatan manusia. Karena itu manusia tidak dapat menyembunyikan segala perbuatan yang baik
maupun yang buruk. Disamping keyakinan
bahwa Tuhan mengetahui segala perbuatan orang, umat Hindu amat meyakini
akan adanya hukum karma yang menyatakan
bahwa setiap perbuatan itu ada akibatnya. Bila seseorang berbuat baik maka ia akan memetik buah yang baik dan
bila seseorang berbuat buruk maka ia
akan memetik hasil yang buruk pula.
Dalam kitab
Sarasamuscaya sloka 27 dinyatakan :
Surupa tam atma gunam ca vistaram,
Kulnvayam drvya smrddhisancayam,
Naro hi sarvam labhate yathakrtam,
Sadasubhenatmakrtena karmana,
Terjemahannya :
Apa saja orang tabur, itulah ia akan petik , seperti cantil dan menarik, lahir dalam
keluarga tepandang, kaya dan makmur yang melimpah – limpah .
Keyakinan akan adanya Tuhan yang
mengetahui segala dan adanya hukum karma menyusup sampai kelubuk hati umat
Hindu sehingga mereka berusaha
menghindari perbuatan – perbuatan jahat
dan yang amat tercela. Oleh karena etika agama Hindu bertolak dari norma agama
maka ia tidak sekedar etika penampilan
luar saja, namun ia menuntun umat Hindu untuk berbudi pekerti yang luhur.
Persoalan – persoalan yang diajarkanpun juga tentang peruatan yang baik dan
buruk, salah dan benar. Untuk dapat
memilih yang baik dan benar orang
mempergunakan Wiweka , yaitu kemampuan untuk membedakan , memilih dua hal yang berbeda
dan kemampuannya itu merupakan pembawaan
sejak lahir.
Dalam
diri manusia terdapat dua sifat yang
disebut dengan Daiwi Sampad dan Asuri
Sampad..
Daiwi Sampad
yaitu kecendrungan - kecndrungan
yang mulia yang menybabkan manusia berbudi luhur yang mengantarkan orang
utnuk mendapatkan kerahayuan. Sedangkan Asuri Sampad adalah kecendrungan - keraksasaan. Kencendrungan ini adalah kecendrungan yang rendah yang
menyebabkan manusia berbudi rendah dan menyebabkan manusia jatuh kejurang
neraka. Kedua sifat ini ada pada setiap
orang hanya dalam ukuran yang
berbeda-beda . ini berarti bahwa setiap orang
terdapat sifat yang baik dan buruk.
Sarasamuscaya
menyebutkan bahwa: Hanya manusialah
yang mengenal perbuatan yang salah dan benar, baik dan
buruk. Dan dapat menjadikan yang tidak baik
itu menjadi baik. Itulah salah
satu kemampuan mausia yang diberikan
Tuhan .
II.
Sloka-Sloka Dalam Kitab Suci Weda Tentang Ajaran Etika (Moralitas)
a.
Kebenaran/Kejujuran (Styam)
Sabda suci Weda
menyatakan bahwa kebenaran/kejujuran merupakan prinsip dasar hidup dan
kehidupan, bila seseorang senantiasa mengikuti kebenaran maka hidupx akan selamat,
sejahtera dan memperoleh kebijaksanaan
Berikut beberapa
petikan Sloka tentang Kebenaran:
Satyena-utatabhita bhumih,
Suryena-uttabhita dyauh,
Rtena-adityas tisthanti,
Divi somo adhi sritah
Atharvaveda
XIV.1.1
Artinya;
Kebenaran/Kejujuran menyangga bumi.
Matahari menyangga langit. Hukum-hukum alam menyangga matahari. Tuhan Yang Maha
Kuasa meresapi seluruh lapisan udara yang meliputi bumi (atmosfir).
Dalam
sloka tersebut menyatakan bagaimana mulianya kebenaran/kejujuran dimana mampu
menopang Bumi, sehingga kita diharapkan mampu mengaktualisasikan
kebenaran/kejujuran dalam hidup maupun kehidupan sehinga menjadi manusia yang
bijaksana dan mulia.
Satyam ca me sraddha ca me
Yajurveda
XVIII.5
“semoga Kami menghargai kebenaran dan kepercayaan”
Rtasya jihva pavate madhu priyam
Samaveda
701
“sifat selalu berbicara kebenaran memberkahi manusia dengan
kemanisan yang membesarkan hati”
Dalam sloka
tersebut diharapakan manusia mampu menghargai kebenaran sehingga manusia dapat
diberkahi kehidupan yang mulia dan mampu membesarkan hati kita dalam menjalani
kehidupan.
b.
Tanpa Kekerasan (Ahimsa)
Jangan merugikan
orang lain, jangan menyakiti hati siapapun apalagi mereka yang pernah berjasa.
Setiap umat dianjurkan untuk tidak membunuh binatang terutama yang bermanfaat
bagi kehidupan.
Ma na uksantam uta ma na uksitam
Rgveda
X.114.7
“Ya Sang Hyang Rudra, jangan
menyakiti orang-orang muda dan orang-orang tua”
Ghrtam duhunam aditim janaya-agne ma himsih
Yajurveda
XIII.49
“Ya Sang Hyang Agni lindungilah,
jangan ada yang membunuh sapi betina kami yang menyediakan susu dan mentega
untuk masyarakat umum”
Viran ma no rudra bhamino vadhih
Rgveda
I.114.8
“Ya Sang Hyang Rudra, jangan
menyakiti para pahlawan kami yang gagah berani”
Anagohatya vai bhima
Atharvaveda X.1.29
“Pembunuh orang yang tidak bersalah
berkesudahan di dalam malapetaka”
Dari sabda veda
tersebut mengharapkan kepada semua mahluk tuk dapat hidup berdampingan dan
saling mengasihi sesame ciptaan Tuhan, sehingga terwujud kedamaian dalam menjalani hidup dan kehidupan.
c.
Kemurahan Hati/ Kebajikan
Murah hati, suka
menolong, dermawan disabdakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dipedomani oleh
umat manusia, orang yang dermawan memperoleh kemulian. Kemurahan hati adalah
wujud dari Dharma yakni berupa pemberian atau dana.
Sata-hasta sama hara
Sahasrahasta sam kira
Atharvaveda
III.24.5
“wahai umat manusia, perolehlah
kekayaan dengan seratus tangan dan dermakanlah itu dalam kemurahan hati dengan
seribu tangan”
Na bhoja mamrur na nyartham iyur
Na risyanti na vyathante ha bhojah
Regveda
X.107.8
“Orang-oarang yang tidak picik tidak
pernah mati, mereka juga tidak menderita malapetaka, mereka tidak binasa juga
tidak menderita”
Daksina vanto amrtam bhajante
Daksina vantah pra tiranta ayuh
Regveda
I.125.6
“orang-orang yang bermurah hati
mencapai keabadian, mereka memperpanjang usia mereka”
Pranan itu pranate mayah
Regveda
VII.32.8
“Tuhan Yang Maha Esa yang pemurah
memberkahi orang yang penuh kebajikan”
Sabda suci veda
tersebut kita sebagai manusia dalam meperoleh kekayaan harus melalui jalan
dharma, dan kita mendermakannya kembali, karna orang yang ber_dana akan
senantiasa diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa yaitu mencapai Keabadian, Jadi
dengan Berderma secara tulus iklas kita akan mampu mencapai keabadian.
d.
Hapuskan Sifat Buruk
Sifat buruk
menjerumuskan diri manusia kepada kehancuran, melenyapkan rasa benci kepada
seseorang, kedengkian, lesu dan malas, jangan biasakan diri mengucapkan
kata-kata makian, sifat cemburu, mengumpat seseorang, tidak mengotori udara,
air dan lingkungan.
A ma sucarite bhaja
Yajurveda XVIII.9
“Berikanlah kami tingkah laku dan
ahlak yang baik”
Apamivam apa visvam anahutim
Aparatim durvidatram aghayatah
Are deva dveso asmad yuyotana
Uru na sarma yacchata svastaye
Regveda X.63.12
“Wahai Para Dewa
bebaskalah kami dari segala penyakit leparkanlah jauh-jauh niat yang buruk yang
mungkin menimbulkan berbagai rintangan dalam melaksanakan persembahan.
Hapuskanlah semua dugaan yang buruk yang menahan kami memberikan sedekah dan
amal, hancurkanlah niat buruk orang yang berdosa, semoga kami tidak menurutkan
hati dalam rasa benci berikanlah kami kebahagian untuk kesejahteraan kami.
Dapat kita pahami
bahwa sebagai mahluk ciptaan Tuhan harus senantiasa menghilangkan niat buruk
sekali hanya dalam pikiran.
e.
Ikuti Jalan Kebajikan
Seseorang hendaknya
selalu mengikuti jalan yang benar, jalan kebajikan sebab siapa saja yang
berjalan dijalan yang benar akan memperoleh kemakmuran, jasa dan kebajikan.
Dekatkanlah diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk senantiasa mendapatkan
bimbingan-Nya. Orang yang memiliki keyakinan menjalankan kebenaran maka
kebajikannya itu akan melenyapkan kesusahan dan dengan kebajikan dapat menolong
dirinya sendiri
Swasti pantham anu
carema
Surya-candramasav
iva
Punar dadataghnata
Janata sam gamemahi
Regveda
V.51.15
“Mari kita terus
berjalan pada jalan yang benar seperti jalannya matahari dan bulan. Kita
seharusnya bergaul dengan orang-orang yang bermurah hati yang puas (dengan diri
sendiri) dan yang berpengetahuan tinggi”.
Kitab suci Regveda
mengajarkan kita harus senantiasa berjalan sesuai dengan dharma, dan dalam
bergaulpun kita harus mampu memilah untuk dijadikan teman bergaul yaitu orang
yang memiliki pengetahuan tinggi.
f.
Hadapi Berbagai Bentuk Kejahatan
Janganlah mundur
mengahadapi kejahatan, hadapi orang jahat atau curang dengan kebijaksanaan,
taklukkan orang-orang yang bengkok dengan akal yang sehat, perlakukan orang
yang jahat sesuai dengan hokum (biarlah hokum yang melindungi dan menghukum
mereka), jangan gentar menghadapi pelaku kejahatan, demikian pula jangan
memakai ilmu sihir sebab membahayakan pemakainya. Perlakukanlah orang lain
sepantasnya dan bahkan sebagai sahabat.
Tvam mayabhir apa mayino
Adham ah, svadhabhir ye adhi
Suptav ajuhvata
Regveda
I.51.5
“Sang Hyang Indra Engkaulah meremukan
orang-orang yang licik yang menaruh sesaji-sesaji di dalam mulut mereka sendiri
dengan alat-alatmu yang baik”
Mayabhir Indra mayinam
Tvam susnam avatirah.
Vidus te tasya medhiras
Tesam sravamsi-uttira
Regveda I.11.7
“Sang Hyang Indra Engkau menaklukkan
orang-orang yang curang dan orang-orang yang memanfaatkan sesuatu untuk
keuntungan mereka sendiri. Orang yang bijaksana mengetahui tentang itu semoga
engkau menyebarkan kemasyuran mereka”
Dalam Regveda
dijelaskan, jangan pernah takut untuk menghadapi kejahatan dan hanya dengan
kebijaksanaan kita mampu mengalahkan kejahatan
g.
Perbuatan dosa Dan Kejahatan
Perbuatan dosa tidak
pernah berhasil baik, sebab kebaikan tidak pernah bersahabat dengan kejahatan.
Tuhan Yang Maha Esa pun tidak menolong orang yang berdosa. Bila orang sadar aka
dosa lakukan Prayascitta penyucian
diri dan berbuat baik setiap saat, pelaku kejahatan akan selalu menderita, cara
membebaskan diri dari perbuatan dosa adalah jangan menyerah atau mengikuti
sifat-sifat yang buruk.
Asamrddha aghayavah
Atharvaveda
I.27.2
“Orang-orang yang berdosa tidak
berhasil dengan baik”
Na vau somo vrjinam hinoti
Atharvaveda
VIII. 4.13
“Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang
Widhi tidak menolong orang yang jahat”
Brahmadvise kravyade
Gharacaksuse dveso dhattam
Regveda
VII.104.2
“Tuhan Yang Maha Esa Semoga engkau
menghancurkan orang-orang yang membenci orang-orang yang bijaksana yang makan
makanan haram dan yang bermata jahat”
Demikianlah beberapa
kutipan tentang ajaran etika yang ada dalam kitab suci Veda, segala yang akan
kita perbuat harus berlandaskan Dharma karna dharma merupakan kebenaran yang
mutlak, sehingga terwujudnya kebahagian, kedamaian, kesejahteraan dan dapat
bebes dari benderitaan untuk lahir kembali kedunia.
pak gede tolong jelaskan lebih rinci tentang sabar dan keiklasan
BalasHapus