ETIKA
DAN PENGENDALIAN DIRI
Sukadana, S.Ag.M.Si
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung
- PENDAHULUAN
Etika adalah pengetahuan tentang tata susila
yang berbentuk kaidah – kaidah
yang berisi larangan – larangan atau
suruhan –suruhan untuk berbuat sesuatu.
Dengan demikian dalam etika kita dapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang
buruk. Perbuatan yang baik itulah supaya
dilaksanakan dan perbuatan yang buruk itu patut dihindari.
Tiap –
tiap perbuatan itu berdasarkan atas kehendak atau budhi . jadi
apa yang diperbuat orang itu bermula dari kehendak . oleh karena manusia
dihadapkan kepada dua pilihan yaitu
pilihan pada yang baik dan buruk, maka ia harus mempunyai kehendak bebas untuk memilih. Tanpa kebebasan itu
orang tidak dapat memilih yang baik. Dalam hubungan ini manusia mempunyai kebebasan yang terbatas juga . yang
membatasinya itu adalah norma – norma
yang berlaku.
Dengan
demikian norma berarti sebuah ukuran
yang kemudian dalam hubungannya dengan etika berarti pedoman, ukuran atau haluan untuk bertingkah laku. Norma ini
timbul karena kita berada bersama orang lain dan lingkungan hidup serta alam.
- ETIKA DALAM AGAMA HINDU
Tentu saja etika dalam agama hindu adalah norma agama
yang dijadikan titik tolak berpikir. Demikian pula kepercayaan, paham – paham filsafat agama hindu mempunyai kedudukan yang amat penting dalam etika
hindu.
Karena
agama hindu berpangkal dari kepercayaan kepada Tuhan yang berada dimana – mana,
yang mengetahui segal-galanya. Beliau
adalah saksi agung yang menjadi saksi
segala perbuatan manusia. Karena itu
manusia tidak dapat menyembunyikan
segala perbuatan yang baik maupun yang buruk. Disamping keyakinan bahwa Tuhan mengetahui segala perbuatan
orang, umat hindu amat meyakini akan adanya hukum karma yang menyatakan bahwa setiap perbuatan itu
ada akibatnya. Bila seseorang
berbuat baik maka ia akan memetik buah
yang baik dan bila seseorang berbuat
buruk maka ia akan memetik hasil yang buruk pula.
Dalam kitab
Sarasamuscaya sloka 27 dinyatakan :
Surupa tam atma gunam ca vistaram,
Kulnvayam drvya smrddhisancayam,
Naro hi sarvam labhate yathakrtam,
Sadasubhenatmakrtena karmana,
Terjemahannya :
Apa saja orang tabur, itulah ia akan petik , seperti cantil dan menarik, lahir dalam
keluarga tepandang, kaya dan makmur yang melimpah – limpah .
Keyakinan akan adanya Tuhan yang
mengetahui segala dan adanya hukum karma , menyusup sampai kelubuk hati umat
hindu sehingga mereka berusaha
menghindari perbuatan – perbuatan jahat
dan yang amat tercela. Oleh karena etika agama hindu bertolak dari norma agama
maka ia tidak sekedar etika penampilan
luar saja, namun ia menuntun umat hindu untuk berbudi pekerti yang luhur.
Persoalan – persoalan yang diajarkanpun juga tentang peruatan yang baik dan
buruk, salah dan benar. Untuk dapat
memilih yang baik dan benar orang
mempergunakan Wiweka , yaitu kemampuan untuk membedakan , memilih dua hal yang berbeda
dan kemampuannya itu merupakan pembawaan
sejak lahir.
Dalam
diri manusia terdapat dua sifat yang disebut
dengan Daiwi Sampad dan Asuri Sampad..
Daiwi Sampad
yaitu kecendrungan - kecndrungan
yang mulia yang menybabkan manusia berbudi luhur yang mengantarkan orang
utnuk mendapatkan kerahayuan. Sedangkan Asuri Sampad adalah kecendrungan - keraksasaan. Kencendrungan ini adalah kecendrungan yang rendah yang
menyebabkan manusia berbudi rendah dan menyebabkan manusia jatuh kejurang
neraka. Kedua sifat ini ada pada setiap
orang hanya dalam ukuran yang berbeda –
beda . ini berarti bahwa setiap orang terdapat
sifat yang baik dan buruk.
Sarasamuscaya
menyebutkan bahwa : Hanya manusialah
yang mengenal perbuatan yang salah dan benar, baik dan
buruk. Dan dapat menjadikan yang tidak baik
itu menjadi baik. Itulah salah
satu kemampuan mausia yang diberikan
Tuhan .
- PENGENDALIAN DIRI
Agar orang tidak dikuasai oleh kecendrungan –
kecendrungan yang negative ia harus mampu mengendalikan diri dari guncangan –
gundangan hati yang tidak baik. Guncangan – guncangan itu semula ada dakam angan-angan dalam bentuk keinginan.
Setiap keinginan menuntut kepuasan pada obyeknya. Indria merupakan alat untuk memnuhi keinginan itu. Indrialah yang menghubungkan manusia dengan
ala mini . sentuhan indria dengan ala mini menimbulkan guncangan-guncangan pribadi orang. Bahkan
tidak jarang orang mendapat celaka karena terlalu memenuhi keinginan
indrianya. Karena itu orang harus dapat
mengendalikan indrianya pada hala-hal yang membawa kesifat positif.
Kitab sarasamuscaya sloka 71 menyebutkan demikian. :
Indriyayeva tat sarvamyat svarga narakavubhau,
Nigrhitanissrstanisvargaya, narakaya ca
Nyang pajara waneh, indriya ikang sinanggah
swarga naraka, kramanya, yan kawasa kahrtanya, ya ika saksat swarga
ngaranya, yapwan tan kawasa kahrtanya saksat naraka ika.
Terjemahanya :
Inilah
yang patut saya ajarkan lagi, indriyalah yang dianggap surga dan neraka. Bila
orang sanggup mengendalikannya, itu
semata – mata surga namanya, tetapi bila
tidak sanggup mengendalikannya benar – benar
nerkalah ia.
Kitab Upanisad 1.3-9 menyebutkan demikian :
Atmanam rathinam vidhi,
Sariram ratham eva tu,
Bhuddhim tu sarathim viddhi,
Manah pragraham eva ca.
( Katha Upanisad 1.3)
Terjemahannya:
Ketahuilah
bahwa sang pribadi adalah tuannya kereta
, badan adala kereta. Ketahuilah bahwa kebijaksanaan itu adalah kusir, dan pikiran adalah
tali kekangnya
Indriyani
hayan ahur visayam tesu gocaran,
Atmendriya mano yuktam bhoktety ahur
manisinah.
(
Katha Upanisad 1.4)
Terjemahan :
Indria,
mereka menyebut , adalah kuda, sasaran indriya adalah jalan, sang pribadi
dihubungkan dengan badan indriya dan pikiran, ialah yang menikmati demikian orang – orang pandai menyebutkannya.
Yas ty avijnavam
bhavaty ayuktena manasa sada, tasyendriyany avasyani desttasva iva saratheh.
( Katha Upanisad 1.5)
Terjemahan :
Dia yang tidak memiliki kesadaran, yang pikirannya tidak
terkendali, yang indriyanya tidak dapat diawasi, semua itu adalah laksana kuda
banal bagi si kusir.
Yaste wijnanavan bhavati, yuktena manasa sada,
Taendriyani vasyani sadava iva saratheh.
( Katha Upanisad 1.6)
Terjemahan :
Dia yang memiliki
kesadaran , yang pikirannya
selalu terkendali, yang indriyany adapat diawasi , semua itu laksana kuda yang bagus bagi si kusir.
Yas tvavijnanavan bhavaty amanskas sada sucih na sa
Tat padam apnoti samsaram cadhigacchati.
( Katha Upanisad 1.7)
Terjemahan :
Dia yang tidak memiliki kesadaran, yang tidak kuasa atas
pikirannya yang tidak suci, ia tidak akan sampai pada tujuan hidupmya,
bahkan akan kembali kepada kesengsaraan.
Yas tu vijnanavam
bhavati samanaskas sada sucih sat u tat padam apnti yasmat na jayate
( Katha Upanisad 1.8)
Terjemahan
:
Dia yang memiliki kesadaran, yang
kuasa atas pikirannya yang senantiasa suci bersih, akan mencapai tujuan
hidupnya dank arena itu tidak akan dilahirkan ke dunia ini lagi.
Vijnana sarathir yastu manah pragrahavan narah, so dhvanah
Param apniti tad visnoh paramampada.
( Katha Upanisad 1.9)
Terjemahan :
Ia yang memiliki kesadaran akan kusir
kereta itu dan mengendalikan tali kekang pikirannya, ia mencapi akhir dari
perjalanan itu yaitu alam tertinggi, alamnya ia yang meresapi segala.
Dalam kitab – kitab lain masih banyak ajaran tentang
etika yang mengajarakan kepada kita agar
hidup ini didasarkan atas dharma. Ini berarti
kita harus berfikir , berkata, dan berbuat yang baik
dan benar sehingga kita mendapat
kerahayuan . hanya dengan melaksanakan dharma orang mendapat kebahagiaan di dunia dan
khirat.
- Penutup
Agar orang dapat
hidup bahaiga , rahayu, jauh dari hal – hal
yang mengantarkan ia kejurang
neraka, maka agama hindu memberikan
pedoman – pedoman untuk diteladani dan dilaksanakan sebagai rambu – rambu didalam
menjalankan bahtera kehidupan ini ,
pedoman dimaksud seperti misalnya :
Mengindari Sad ripu, Sapta Timira, Dasa Mala dan
pedoman yang patut dilaksanakan seperti : Dasa yama Brata Dasa Niyama Brata, Tri Kaya
Parisudha , sehingga kita tidak terjerumus kejalan yang bertentangan dengan dharma .